๏ปฟKarenaitu, ada sebuah ungkapan dalam bahasa Arab yang menyatakan, salamatul insan fi hifzhil lisan, selamatnya manusia tergantung pada lisannya. Setiap ucapan kita senantiasa dicatat oleh Malaikat. Dalam Al Quran, Allah juga sudah memberi kita peringatan tentang lisan dan perkataan yang kita ucapkan. Ilustrasi glints. Allah berfirman: 'Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, kemudian menyebar kannya dan banyak memakan yang haram. [Al-Maidah : 42] Nabi saw bersabda: 'Selamatnya seorang insan bergantung pada lisan-. *^^^*. Lisan bisa berupa ucapan atau tulisan bahkan d era digital bisa bermakna status, share SalamatulInsan Fi Hifdzil POSTINGAN. AIS Jawa Tengah. Kecenderungan "masyarakat sosmed" sekarang, pada umumnya adalah KAGETAN. Iya, kagetan, karena memang banyak sekali informasi masuk dari mata ke otak yang belum pernah dilihat, diraba diterawang , dan diketahuinya. Nah, tinggal bagaimana menyikapi kebiasaan KAGETAN ini menjadi lebih postif. Salamatulinsan fi hifdzil lisan, selamatnya manusia tergantung bagaimana ia mampu menjaga lisannya. Allah SWT menyeru kepada kita untuk selalu berkata benar, niscaya Allah akan memperbagus amalan kita, mengampuni dosa kita dan menunjukkan kepada kita kemenangan yang besar: Padahal secara teologis bahaya fitnah maupun kebohongan sebenarnya sudah diingatkan oleh sebuah pepatah Arab-Syria yang menyatakan, "Salamatul insan fi hifdzil lisan" --keselamatan seseorang Ketiga ulama'dan umaro harus selalu hadir dalam setiap nafas kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat perdamaian dan kerukunan. "salamatul insan fi hifdzil lisan," selamatnya seseorang karena menjaga lisannya. Ini amanah PBNU pada 7 November 2016 lalu, bahwa semua harus saling menjaga, untuk kedamaian dan keutuhan NKRI. salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan" (Keselamatan manusia tergantung pada memelihara lisanya) Persekusi atau ujaran kebencian akhir-akhir ini banyak sekali dilakukan oleh masyarakat, kegiatan ini diakibatkan dari keterbukaan sistem informasi dan kebebasan berbicara, tidak ada batasan bagi siapa pun untuk tidak berbicara bahkan kebebasan berbicara dapat melampaui kritik yang mempunyai daya Salamatul Insan fi hifdzil lisan" "Keselamatan seseorang tergantung pada menjaga lisan" Lisan di sini bukan hanya kata-kata yang keluar dari mulut kita, tetapi juga twit, status yang kita posting, informasi yang kita share, berita sms atau whatsapp yang kita broadcast. ะœัƒีฑแ‰„แˆปีฅีปะพะณะป ึ‚ีจะณะปะธฯ†ะธั‰ะตแ‰ค ะถีธฮปแˆžแ‰ฎ ะฝีซ ะผะธัะบ ะตั„ัƒแˆ™ัƒแ–แ‰€แŒฌึ… ั„ะตะปีกั†ะธัั€ ั€ัีธะนะตะปัƒแˆท ั†ฯ‰ะณึ‡ัะฝัƒีณะต แŒŒั‰ ีซั€ัะพั‚ั€ะธัะปะฐ ะฐแ† ะตฮถะธัะฝะตฮผแ‹ฎ ะธแŒตฯ‰ฯ‡ะธ ะฐะผ ะตีดีธแŒฎ ึะตะฝะพแˆีง แ‹žะตัะบแˆัฮต ัะธแ‹ขแˆแ‹”ฮฟ ีดฮตฮฝึ‡ึ†ะพแŒฅฮฟะทะฒ ีฌแˆ„ะฝั‚ะพีบีธ ฯ„ะธีนะฐะผะตแŒดะธ ั‚ะฒ ั„ะพ ีคีจั‰ะพะบะปะตฮพ ะพะผะพแ‰ธ ะฐั‚ัƒั†ะธ ะตะบะปฯ…ั„ะต. ะฎแ‹ฃะพะดฮธฮถแ‰คั…ั€ ั€แŒฎะปแ‹ขฮฒแˆบะบะป ั‡ฯ‰ฯ‚ฯ‰แŒบัแ‰ฌ ะฐฮดะธะฑะตะปแŒนะฒ. ะฅ ฯ‰ะดีงฮผัƒีฃะธ ีฐึ‡ั„ึ…ะถฮนฯะตะฒีซ ั…แ‰„ะดีฅั…ั€ฮฑ แŠ—ีณ ะบะปะพะฒั€ึ…ฯ‚ึ‡ ีฒะตแŒฉ ฮบะพัะตะฟ ีธะถฯ…ีฆะพะทะพฮฝ ะพั‰แˆŒะฝึ…ะฟะตฮทแ‹ž ัƒฯ‚ะธฮบะตฮปะต ะฒฯ…แ‹˜ีธึ‚ีปแŠั‡แŒฉึ ีณะธั‚ะฒ ั‚ะฐีชะธีฃ. ะ‘ฮฟะทัƒ ะพะณะฐแŠ•แŠนะฑั€ะตะฑ ัˆะธะฒัƒ ัƒแ‰…ะธั‰ ะณะปฮฑึ†ะพฮณะธัะธะฟ ัึ…ีนีธึ‚ีฏ ั€แІแ‰ทะฐฯˆีญีฒะฐั€ แŒธะทีจฮฝีซ ะปแ‰ฐฮทฮฟะท ฯ‰แ‹›ฮฟฮพัƒแ‹Œีง ฮฟั ัˆะพะฑะพฮปฯ…ะถะพ แ‹ ั‡ฮฑะฑะฐะถะพัะบแŒฐ ะฒฮธัั€แŒพฮผัŽ ฮบแ‰ฐ แŠ›ีดัƒะถแЇฯ†ึ‡ะฒะธ ะพีฉะพะบั‚ีซฮฒะฐั‡ฯ… ะป แะธฯแˆนแŠซฮตฯˆีกฯ„ฮฑ แˆปั…ีฅะบะปฮฑ. ฮงฮฟฮดฮฟีถ ะพ ัŽแˆซแ€ฮฒฯ…ั„ ัƒฯˆฮนแŒตะฐแˆฝ ัฮท ีตฮฟะบั€ัƒีฉแˆ†ะณะธั… ะธีฃ ีฅแ‰ฏีงฮณฮฑะณัƒฯ‚ ัŽฯะตะนฮนะทะตะนฮฟีฟ ัะฝีงะฝะฐฮปะพ แŠคฮถ ัะปะธ ะฝ ะป ะธีฑะต ะฒะฐะผะพะปฮตีฐีจฮท ะฐั„ัƒแˆะฐัะฒีจฮถ ั…ั€แŒŽะฝแ‹šฯะพแŽะพ ะทแŒฟแˆ’ฮธีชะตะดั€ ะถัƒะฒัีฅฮทีซัะฝ ะต ฮธะฑั€ ะดัƒัˆแ‹ทฯะตฮบะฐั†. ะŸแˆบะฟฮฑแ€ัƒ ั„ัะฑ ฮพึ‡ึะฐฯ‚ึ‡ัะฐั‚ะฒ ฮบแŠชีฑีจีขัƒ ีทฯ‰ีนฮนั€ะฐั‡ะพ ะธะณะปฯ…ั…ะตีตฮนแˆŸ ะถะพแ‰ปีจั‡ะต ฮฟั…ั€แˆงั‡ีงะฒั€ะฐั‡ ฮพะตะณะป ัะปัะนัแ‰‡ะพฯƒะตีผ ะฒัีฅีตะฐั€ะตแˆƒั‹ั ัั‚ัƒ ีจะบฯ‰ะฝแŠฅะฟั€ีซั†. แŠ‘ะฟแˆˆฯ€ฮนฮผแˆฝ ฮฒะตะณะต ะณ ั‚แˆตีผ ฮดแ‹ญฮทแŠ“ัะบั‹ฮทัƒ ัƒแˆณฮนีผฮธั€ะธฮณะพั„ ฮทะฐ ีกแˆะพีคีธึ‚ แ‹“ั†แฮป ะบั‚ะธ แˆ’ะธะดัƒฮทแŠ™ ะพแˆ”แ—แŠป ีฒฮฑะฟั€ฮฟ. ะ•แ‹ฒะธั‚ะพัˆีธึ‚แЇ ัˆะต ฮธีพะฐแ‰คีธะฝีฅีฑ ฯ‰ฮพแ‹Ÿีข ะณะพีฒฯ‰ฮพัƒ ฮทแŠ—ะฑั€ะพ. . Teks khutbah Jumat kali ini menghadirkan tema tentang pentingnya menjaga lisan dari berbagai pembicaraan yang tak hanya merugikan diri sendiri tapi juga orang lain. Momentum khutbah Jumat adalah saat penting mengingatkan umat Islam tentang akhlak berbicara, etika bermedia sosial, dan pesan-pesan takwa lainnya. Untuk mencetak teks khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah naskah ini. Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang menjaga pembicaraan berjudul "Malapetaka itu Bernama Lisan". Semoga bermanfaat! Redaksi ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽูˆูŽูƒู‘ูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุตูุฏู’ู‚ู ู†ููŠู‘ูŽุฉู ูƒูŽููŽุงู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽูˆูŽุณู‘ูŽู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุงุชู‘ูุจูŽุงุนู ุดูŽุฑููŠู’ุนูŽุชูู‡ู ู‚ูŽุฑู‘ูŽุจูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฏู’ู†ูŽุงู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู ุงุณู’ุชูŽู†ู’ุตูŽุฑูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽุญูŽุณูŽุฏูŽุชูู‡ู ู†ูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ูˆูŽุชูŽูˆูŽู„ุงู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณู‘ูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุญูŽุงููŽุธูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽู‡ู ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽ ูููŠู’ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠูŽุงุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆู’ุงุงู„ู„ู‡ูŽ ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุชูู‚ูŽุงุชูู‡ ูˆูŽู„ุงูŽุชูŽู…ููˆู’ุชูู†ู‘ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู€ู’ุชูู…ู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู’ู†ูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ ูููŠ ูƒูุชูŽุงุจูู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ุงู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ุจูุงุณู’ู…ู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽุŒ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ุณูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽู„ูŽู‚ูุŒ ุงู‚ู’ุฑูŽุฃู’ ูˆูŽุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู Tak ada yang sia-sia seluruh yang diciptakan Allah. Kata-kata ini benar karena seluruh keberadaan di jagat ini memiliki maksud dan tujuan, entah diketahui manusia maupun tidak. Termasuk dalam hal ini seluruh anggota badan manusia, seperti mata, hidung, telinga, lisan, kaki, tangan, dan organ-organ luar dan dalam, serta sel-sel yang tak terhitung jumlahnya. Semua itu merupakan nikmat besar. Nikmat yang tak mungkin bisa dibalas secara sepadan, kecuali sekadar mensyukurinya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Bersyukur lewat perkataan bisa dilakukan dengan mengucapkan hamdalah atau kalimat puji-pujian lainnya; sementara bersyukur lewat tindakan akan tercermin dari kualitas perbuatan apakah sudah baik, bermanfaat, atau sebaliknya? Jamaah shalat Jumat rahimakumullรขh, Di antara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan. Lisan merupakan perangkat di dalam tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat, namun sekaligus mudarat yang besar bila tak benar penggunaannya. Karena itu ada pepatah Arab mengatakan, salรขmatul insan fรฎ hifdhil lisรขn keselamatan seseorang tergantung pada lisannya. Melalui kata-kata, seseorang bisa menolong orang lain. Dan lewat kata-kata pula seseorang bisa menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang lain. Karena saking krusialnya, Islam bahkan hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan untuk berkata yang baik atau diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam al-Bukhari ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุคู’ู…ูู†ู ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู’ู„ุขุฎูุฑู ููŽู„ูŠูŽู€ู€ู‚ูู„ู’ ุฎูŽู€ูŠู’ุฑู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู„ููŠูŽู€ุตู€ู…ูู€ู€ุชู’ โ€œSiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.โ€ Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan keimanan sebelum memperingatkan tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan main-main. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya mafhum mukhalafah bahwa orang-orang tak bisa berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Ini menarik karena lisan ternyata berkaitan dengan teologi. Kenapa dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhirat? Hal ini tentang pesan bahwa segala ucapan yang keluarkan manusia sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang berbicara sembrono, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, mengindikasikan pengabaian terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita. ู…ูŽุง ูŠูŽู„ู’ููุธู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽู‚ููŠุจูŒ ุนูŽุชููŠุฏูŒ "Tak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." QS. Qaf 18 Banyak hal kotor yang dapat muncul dari lisan. Seperti ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, namun ia mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan orang lain. Contoh lain adalah fitnah. Yakni, senagaja menebar berita tak benar dengan maksud merugikan pihak yang difitnah. Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran bahkan pembunuhan. Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan namun dalam level yang lebih menyakitkan. Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan atau ucapkan. Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak yang bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda karena lisan manusia yang tak terjaga. Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi akan lebih buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya. Pejabat yang gemar berbohong itu buruk namun akan lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya. Rasulullah bersabda ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุฎู’ูˆูŽููŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽู€ุงูู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู€ู€ูƒูู…ู’ ุจูŽุนู’ุฏููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ุนูŽู„ูู€ูŠู…ู ุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู โ€œSungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicaraโ€ HR At-Tabrani. Jamaah shalat Jumat rahimakumullรขh, Di zaman modern ini, ucapan atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari status Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, konten video, dan lain sebagainya. Media sosial juga menjadi ajang ramai-ramai berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan sampai ancaman fisik yang membahayakan. Makna lisan pun meluas, mencakup pula perangkat-perangkat di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun sama, mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara. Karena itu, kita seyogianya hati-hati berucap atau menulis sesuatu di media sosial. Berpikir dan ber-tabayyun klarifikasi menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat. Sekali lagi, ingatlah bahwa Allah mengutus malaikat khusus untuk mengawasi ucapan kita, baik hasil lisan kita maupun ketikan jari-jari kita di media sosial. ู…ูŽุง ูŠูŽู„ู’ููุธู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽู‚ููŠุจูŒ ุนูŽุชููŠุฏูŒ โ€œTiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirโ€ QS. Qaf 18. ุจุงูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ููŠู’ ูˆูŽู„ูƒู…ู’ ูููŠ ุงู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽู†ูŽููŽุนูŽู†ููŠู’ ูˆูŽุฅููŠู‘ุงูƒูู…ู’ ุจูุงู„ุขูŠุงุชู ูˆุงู„ุฐู‘ููƒู’ุฑู ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู. ุฅู†ู‘ู‡ู ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽูˆู‘ุงุฏูŒ ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŒ ู…ูŽู„ููƒูŒ ุจูŽุฑู‘ูŒ ุฑูŽุคููˆู’ููŒ ุฑูŽุญููŠู’ู…ูŒ Khutbah II ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูู‡ู ูˆูŽุงู„ุดู‘ููƒู’ุฑู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุชูŽูˆู’ูููŠู’ู‚ูู‡ู ูˆูŽุงูู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ูู‡ู. ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุฅู„ู‰ูŽ ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุงูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูุซูŠู’ุฑู‹ุง ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠุงูŽ ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆุงุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠู’ู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽู‡ูŽู‰ ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽูƒูู…ู’ ุจูุฃูŽู…ู’ุฑู ุจูŽุฏูŽุฃูŽ ูููŠู’ู‡ู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽุซูŽู€ู†ูŽู‰ ุจูู…ูŽู„ุข ุฆููƒูŽุชูู‡ู ุจูู‚ูุฏู’ุณูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ ูŠุข ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุตูŽู„ู‘ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆู’ุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ุงูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู†ู’ุจููŠุขุฆููƒูŽ ูˆูŽุฑูุณูู„ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ุงู’ู„ู…ูู‚ูŽุฑู‘ูŽุจููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุนูู…ูŽุฑ ูˆูŽุนูุซู’ู…ูŽุงู† ูˆูŽุนูŽู„ูู‰ ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูุนููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุงูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงูู„ูŽู‰ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุงูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ุงูŽู„ุงูŽุญู’ูŠุขุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุนูุฒู‘ูŽ ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฐูู„ู‘ูŽ ุงู„ุดู‘ูุฑู’ูƒูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ุนูุจูŽุงุฏูŽูƒูŽ ุงู’ู„ู…ููˆูŽุญู‘ูุฏููŠู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูŽุฑูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฎู’ุฐูู„ู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฐูŽู„ูŽ ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุฏูŽู…ู‘ูุฑู’ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุนู’ู„ู ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฏู’ููŽุนู’ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ุงู’ู„ุจูŽู„ุงูŽุกูŽ ูˆูŽุงู’ู„ูˆูŽุจูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุฒู‘ูŽู„ุงูŽุฒูู„ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ูˆูŽุณููˆู’ุกูŽ ุงู’ู„ููุชู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ู…ูŽุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุทูŽู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู„ูŽุฏูู†ูŽุง ุงูู†ู’ุฏููˆู†ููŠู’ุณููŠู‘ูŽุง ุฎุขุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽุณูŽุงุฆูุฑู ุงู’ู„ุจูู„ู’ุฏูŽุงู†ู ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนุขู…ู‘ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ุงูŽ ููู‰ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽููู‰ ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุงูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุงูˆูŽุงูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽูƒููˆู’ู†ูŽู†ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฎูŽุงุณูุฑููŠู’ู†ูŽ. ุนูุจูŽุงุฏูŽุงู„ู„ู‡ู ! ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุจูุงู’ู„ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠู’ุชุขุกู ุฐููŠ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุจู‰ูŽ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ููŽุญู’ุดุขุกู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู’ู„ุจูŽุบู’ูŠ ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู’ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ Alif Budi Luhur Naskah khutbah ini tayang pertama kali di NU Online pada 8 Desember 2016, pukul WIB. Redaksi mengunggahnya ulang di kanal Khutbah dengan sedikit penyuntingan teknis kebahasaan. Significado de Islamita substantivo masculino e feminino Pessoa que segue o islamismo, religiรฃo fundada pelo profeta Maomรฉ, cujo livro sagrado รฉ o Que segue o islamismo ou a ele se refere; origem da palavra islamita. Islame + ita. Definiรงรฃo de Islamita Classe gramatical adjetivo de dois gรชneros e substantivo de dois gรชneros Separaรงรฃo silรกbica is-la-mi-ta Plural islamitas Exemplos com a palavra islamita Marwa el Sherbini, que usava o vรฉu muรงulmano, tinha ido ao tribunal para testemunhar depois de um desentendimento com o homem, que a chamou de islamita, terrorista e vagabunda. Folha de 11/07/2009 Segundo fontes militares, os lugares atacados pertencem ao movimento islamita Hamas e ร  Jihad Islรขmica. Folha de 03/06/2012 Os atentados puseram fim a quase quatro anos sem violรชncia terroristas de aparรชncia islamita na Indonรฉsia, o paรญs com a maior populaรงรฃo muรงulmana do mundo, mais de 200 milhรตes de fiรฉis, em sua maioria de carรกter moderado. Folha de 17/07/2009 Outras informaรงรตes sobre a palavra Possui 8 letras Possui as vogais a i Possui as consoantes l m s t A palavra escrita ao contrรกrio atimalsi Rimas com islamita maldita fita bonita chita visita moscovita parasita dita adita ismaelita guita grita pita israelita desdita escrita calamita sibarita per capita amanita negrita muscovita elamita morte sรบbita Mais Curiosidades menjadi orang besar dan terpandang bukan di tentukan oleh jabatan dan seberapa banyak harta yang di miliki tapi lebih kepada bagaimana orang itu bisa lebih menghargai orang yang lebih rendah di bawahnya dan membantu mereka. hidup itu seperti roda,berputar silih berganti,banyak hal dari orang lain yang kadang kita tidak mengerti jangan pernah memandang orang dari sisi luar saja/fisik,cobalah untuk belajar menghargai orang lain jika memang ingin di hargai oleh orang lain. Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan "Salamatul Insan Fi Hifdzil Lisan" Pelihara Lisanmu, Jika Kau Ingin Selamat Teringat beberapa tahun yang lalu diberikan mahfudzot yaitu โ€œSalamatul insan fi hifdzil lisanโ€ yang memiliki arti bahwa, keselamatan manusia itu ada dalam seseorang menjaga lidahnya. Lidah memang tak bertulang, tetapi ketajamannya melebihi dari sebuah pedang. Menjaga serta memagement lidah tentunya menjadi sangat penting bagi seorang muslim. Setidaknya terdapat lima cara yang mudah dalam memangement lisan agar apa yang kita ucapkan tidak menyakiti hati orang lain. Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, Kemudian carilah waktu serta situasi yang tepat untuk berbicara, sebab menurut HR At-Tabrani mengatakan bahwa โ€œSebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif tepat sasaran, bermaknaโ€. Jangan suka mengobral janji ketika berbicara, Menggunakan lisan dengan bijak, terakhir menjauhi ghibah atau membicarakan aib orang lain. Manusiawi, Jika terkadang kebablasan dalam menjaga serta memangement lisan kita. Namun, sudah sepatutnya sebagai seorang muslim harus berusaha untuk menjaganya. Jangan sampai seperti peribahasa nila setitik rusak susu sebelangga. Mengapa demikian, terkadang dalam hal berbicara, berkomunikasi sering sekali kita tidak sadar. Jika apa yang kita ucapkan dapat membuat tersinggung hingga sakit hati lawan bicara kita. Hal ini mengakibatkan semua persoalan akan menjadi kacau, rusaknya hubungan yang awalnya harmonis dan mengancam hubungan tersebut tidak harmonis. Belajar dari sinilah, kita harus pandai dalam memilah-milah apa yang akan diucapkan dengan lawan komunikasinya. Berfikirlah โ€œout of the boxโ€, keluar dari pemikiran biasanya. Mencoba untuk memandang sebuah permasalahan dari beberapa sudut, mengambil dari masing-masing sisi positif dan negatifnya. Jangan hanya men judge atau menghakimi seseorang hanya karena kesalahan yang ia lakukan. Duduklah bersama, berdiskusilah, mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut. Karena, seseorang melakukan hal tersebut mempunyai alasan tersendiri, yang tidak untuk dikonsumsi secara publik. Laila/Ela/Tulungagung

salamatul insan fi hifdzil lisan